Aceh, Padek—Gempa berkekuatan 6,2 skala Richter (SR) mengguncang Kabupaten Bener Meriah, Aceh, Selasa (2/7) sekitar pukul 14.30 WIB. Gempa tidak berpotensi tsunami, namun menimbulkan kerusakan puluhan rumah, delapan tewas dan puluhan orang luka-luka. Gempa dirasakan sangat kuat selama sekitar 15 detik oleh masyarakat hingga ke Banda Aceh. Masyarakat panik dan berhamburan ke luar rumah.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, pusat gempa berada di kedalaman 10 kilometer, 181 kilometer kota Banda Aceh, sekitar 35 kilometer barat daya Kabupaten Bener Meriah.
Pakar gempa Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), Dr Danny Hilman Natawidjaja menganalisa gempa itu terjadi karena pergeseran patahan Sumatera (semangka).
Danny menjelaskan, ada dua patahan besar yang sejajar memanjang di Pulau Sumatera. Patahan pertama adalah zona subduksi yang memanjang di laut Samudera Hindia sepanjang bagian barat Sumatera. Pergeseran zona inilah yang menyebabkan gempa dan tsunami di Aceh tahun 2004.
Patahan kedua adalah patahan Sumatera yang memanjang di tengah daratan Sumatera. “Yang jelas secara umum, gempa itu bukan hal yang istimewa. Di situ sudah ratusan tahun nggak ada gempa besar, skala gempanya sekitar 6 SR. Apakah memang tipikalnya begitu atau energinya belum keluar, ya belum tahu,” kata Danny.
Yang dimaksud gempa besar adalah 6,5 - 8 SR ke atas, sedangkan yang terjadi di Aceh kemarin adalah gempa sedang yang kisarannya 5-6,5 SR. Lebih dari 8 SR, maka digolongkan gempa sangat besar. “Itu aktivitas besar dari patahan Sumatera,” kata Kabid Gempa Bumi BMKG, Wandono saat dihubungi terpisah.
Seperti diketahui, banyak gempa besar Aceh berpusat di laut. Namun, gempa Aceh yang berpusat di daratan bukan kali ini saja terjadi. Gempa Aceh pada Agustus 2012 juga berpusat di wilayah daratan yang tak jauh dari pusat gempa hari ini. Namun, magnitudo gempa tak sampai 6 SR.
Aceh adalah salah satu wilayah yang paling sering diguncang gempa besar. Tahun 2004, Aceh diguncang gempa bermagnitudo 9 SR yang berpusat di Samudera Hindia serta terdampak oleh tsunami yang membunuh ribuan jiwa. Kewaspadaan terhadap gempa tetap perlu ditingkatkan. Tahun 2012, Aceh diguncang gempa kembar bermagnitudo 8,8 dan 8,5. Gempa tersebut tercatat sebagai gempa sesar geser terbesar dengan mekanisme yang paling kompleks dalam sejarah.
Kepala Pusat Data Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, para korban sudah dibawa ke rumah sakit. Sampai saat ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat masih mendata para korban dan jumlah kerusakan. BPBD sudah mendirikan posko dan akan terus memantau perkembangan.
BNPB Kirim Tim ke Aceh
Kepala BNPB, Syamsul Maarif telah memerintahkan tim reaksi cepat penanggulangan bencana untuk melakukan kaji cepat dari dampak kerusakan akibat gempa bumi di Aceh. Tim terdiri BNPB, SRC PB (Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana), Kementerian Sosial, Kementerian PU dan Kementerian Kesehatan dengan menggunakan pesawat khusus Susie Air untuk berangkat ke Aceh, kemarin, pada pukul 21.00 WIB. Dari laporan sementara, beberapa daerah mengalami kerusakan cukup parah adalah Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah.
Tercatat hingga saat ini, dari data Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Kabupaten Bener Meriah, dilaporkan 1 orang meninggal dunia dan puluhan orang luka-luka. Sedangkan untuk bangunan, sebanyak 22 rumah dan 2 masjid rusak berat di daerah Cekal dan Sumber Jaya. Dilaporkan pula beberapa ruas jalan retak dan tertimbun longsor.
Sedangkan dari data BPBA Aceh Tengah, dilaporkan adanya 1 orang anak meninggal dunia dan puluhan luka-luka. Korban meninggal dikarenakan tertimbun reruntuhan rumah di Desa Bah, Belang Mancung, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah. Sedangkan untuk korban luka-luka, telah dibawa ke rumah sakit yang masih bisa beroperasi. Kemudian, sekitar 300 unit rumah dilaporkan rusak berat dan ringan, 1 ruas jalan terputus di KM 92 Takengon, Kecamatan Kebayakan, Kampung Muliye.
Hingga saat ini, pendataan masih terus dilakukan. BPBA bersama TNI, Polri, Tagana, PMI, relawan dan masyarakat setempat telah melakukan penanganan darurat.
sumber: padangekspres.co.id
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, pusat gempa berada di kedalaman 10 kilometer, 181 kilometer kota Banda Aceh, sekitar 35 kilometer barat daya Kabupaten Bener Meriah.
Pakar gempa Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), Dr Danny Hilman Natawidjaja menganalisa gempa itu terjadi karena pergeseran patahan Sumatera (semangka).
Danny menjelaskan, ada dua patahan besar yang sejajar memanjang di Pulau Sumatera. Patahan pertama adalah zona subduksi yang memanjang di laut Samudera Hindia sepanjang bagian barat Sumatera. Pergeseran zona inilah yang menyebabkan gempa dan tsunami di Aceh tahun 2004.
Patahan kedua adalah patahan Sumatera yang memanjang di tengah daratan Sumatera. “Yang jelas secara umum, gempa itu bukan hal yang istimewa. Di situ sudah ratusan tahun nggak ada gempa besar, skala gempanya sekitar 6 SR. Apakah memang tipikalnya begitu atau energinya belum keluar, ya belum tahu,” kata Danny.
Yang dimaksud gempa besar adalah 6,5 - 8 SR ke atas, sedangkan yang terjadi di Aceh kemarin adalah gempa sedang yang kisarannya 5-6,5 SR. Lebih dari 8 SR, maka digolongkan gempa sangat besar. “Itu aktivitas besar dari patahan Sumatera,” kata Kabid Gempa Bumi BMKG, Wandono saat dihubungi terpisah.
Seperti diketahui, banyak gempa besar Aceh berpusat di laut. Namun, gempa Aceh yang berpusat di daratan bukan kali ini saja terjadi. Gempa Aceh pada Agustus 2012 juga berpusat di wilayah daratan yang tak jauh dari pusat gempa hari ini. Namun, magnitudo gempa tak sampai 6 SR.
Aceh adalah salah satu wilayah yang paling sering diguncang gempa besar. Tahun 2004, Aceh diguncang gempa bermagnitudo 9 SR yang berpusat di Samudera Hindia serta terdampak oleh tsunami yang membunuh ribuan jiwa. Kewaspadaan terhadap gempa tetap perlu ditingkatkan. Tahun 2012, Aceh diguncang gempa kembar bermagnitudo 8,8 dan 8,5. Gempa tersebut tercatat sebagai gempa sesar geser terbesar dengan mekanisme yang paling kompleks dalam sejarah.
Kepala Pusat Data Informasi Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, para korban sudah dibawa ke rumah sakit. Sampai saat ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah setempat masih mendata para korban dan jumlah kerusakan. BPBD sudah mendirikan posko dan akan terus memantau perkembangan.
BNPB Kirim Tim ke Aceh
Kepala BNPB, Syamsul Maarif telah memerintahkan tim reaksi cepat penanggulangan bencana untuk melakukan kaji cepat dari dampak kerusakan akibat gempa bumi di Aceh. Tim terdiri BNPB, SRC PB (Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana), Kementerian Sosial, Kementerian PU dan Kementerian Kesehatan dengan menggunakan pesawat khusus Susie Air untuk berangkat ke Aceh, kemarin, pada pukul 21.00 WIB. Dari laporan sementara, beberapa daerah mengalami kerusakan cukup parah adalah Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah.
Tercatat hingga saat ini, dari data Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Kabupaten Bener Meriah, dilaporkan 1 orang meninggal dunia dan puluhan orang luka-luka. Sedangkan untuk bangunan, sebanyak 22 rumah dan 2 masjid rusak berat di daerah Cekal dan Sumber Jaya. Dilaporkan pula beberapa ruas jalan retak dan tertimbun longsor.
Sedangkan dari data BPBA Aceh Tengah, dilaporkan adanya 1 orang anak meninggal dunia dan puluhan luka-luka. Korban meninggal dikarenakan tertimbun reruntuhan rumah di Desa Bah, Belang Mancung, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah. Sedangkan untuk korban luka-luka, telah dibawa ke rumah sakit yang masih bisa beroperasi. Kemudian, sekitar 300 unit rumah dilaporkan rusak berat dan ringan, 1 ruas jalan terputus di KM 92 Takengon, Kecamatan Kebayakan, Kampung Muliye.
Hingga saat ini, pendataan masih terus dilakukan. BPBA bersama TNI, Polri, Tagana, PMI, relawan dan masyarakat setempat telah melakukan penanganan darurat.
sumber: padangekspres.co.id