Aceh kembali Dilanda Gempa Darat

Diposkan oleh Riki handoyo on July 3, 2013

Aceh, Padek—Gempa berke­kuatan 6,2 skala Richter (SR) mengguncang Kabupaten Be­ner Meriah, Aceh, Selasa (2/7) sekitar pukul 14.30 WIB. Gem­pa tidak berpotensi tsunami, namun menimbulkan kerusa­kan puluhan rumah, delapan tewas dan puluhan orang luka-luka. Gempa dira­sa­kan sangat kuat selama sekitar 15 detik oleh masyarakat hingga ke Banda Aceh. Masyarakat panik dan  berhamburan ke luar rumah.

Badan Meteorologi, Klima­tologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan, pusat gempa ber­ada di kedalaman 10 kilometer, 181 kilometer kota Banda Aceh, sekitar 35 kilometer barat daya Kabupaten Bener Meriah.

Pakar gempa Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia (LIPI), Dr Danny Hilman Natawidjaja menganalisa gempa itu terjadi karena pergeseran patahan Sumatera (semangka).



Danny menjelaskan, ada dua patahan besar yang sejajar me­manjang di Pulau Sumatera. Patahan pertama adalah zona subduksi yang memanjang di laut Samudera Hindia sepanjang bagian barat Sumatera. Per­geseran zona inilah yang me­nyebabkan gempa dan tsunami di Aceh tahun 2004.

Patahan kedua adalah pata­han Sumatera yang memanjang di tengah daratan Sumatera. “Yang jelas secara umum, gempa itu bukan hal yang istimewa. Di situ sudah ratusan tahun nggak ada gempa besar, skala gem­panya sekitar 6 SR. Apakah memang tipikalnya begitu atau energinya belum keluar, ya belum tahu,” kata Danny.

Yang dimaksud gempa besar adalah 6,5 - 8 SR ke atas, sedang­kan yang terjadi di Aceh kemarin adalah gempa sedang yang kisa­rannya 5-6,5 SR. Lebih dari 8 SR, maka digolongkan gempa sa­ngat besar. “Itu aktivitas besar da­ri patahan Sumatera,” kata Ka­bid Gempa Bumi BMKG, Wan­dono saat dihubungi terpisah.

Seperti diketahui, banyak gempa besar Aceh berpusat di laut. Namun, gempa Aceh yang berpusat di daratan bukan kali ini saja terjadi. Gempa Aceh pada Agustus 2012 juga ber­pusat di wilayah daratan yang tak jauh dari pusat gempa hari ini. Namun, magnitudo gempa tak sampai 6 SR.

Aceh adalah salah satu wila­yah yang paling sering digun­cang gempa besar. Tahun 2004, Aceh diguncang gempa ber­magnitudo 9 SR yang berpusat di Samudera Hindia serta ter­dam­pak oleh tsunami yang membunuh ribuan jiwa. Kewas­padaan terhadap gempa tetap perlu ditingkatkan. Tahun 2012, Aceh diguncang gempa kembar bermagnitudo 8,8 dan 8,5. Gem­pa tersebut tercatat sebagai gempa sesar geser terbesar dengan mekanisme yang paling kompleks dalam sejarah.

Kepala Pusat Data Informasi Badan Nasional Penang­gula­ngan Bencana, Sutopo Purwo Nugroho mengatakan, para korban sudah dibawa ke rumah sakit. Sampai saat ini, Badan Penanggulangan Bencana Dae­rah setempat masih mendata para korban dan jumlah kerusa­kan. BPBD sudah mendirikan posko dan akan terus memantau perkembangan.

BNPB Kirim Tim ke Aceh

Kepala BNPB, Syamsul Ma­arif telah memerintahkan tim reaksi cepat penanggulangan bencana untuk melakukan kaji cepat dari dampak kerusakan akibat gempa bumi di Aceh. Tim terdiri BNPB, SRC PB (Satuan Reaksi Cepat Penanggulangan Bencana), Kementerian Sosial, Ke­menterian PU dan Kemen­terian Kesehatan dengan meng­gunakan pesawat khusus Susie Air untuk berangkat ke Aceh, kemarin, pada pukul 21.00 WIB. Dari laporan sementara, bebe­rapa daerah mengalami ke­rusakan cukup parah adalah Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah.

Tercatat hingga saat ini, dari data Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) Kabu­paten Bener Meriah, dilaporkan 1 orang meninggal dunia dan puluhan orang luka-luka. Se­dang­kan untuk bangunan, se­banyak 22 rumah dan 2 masjid rusak berat di daerah Cekal dan Sumber Jaya. Dilaporkan pula beberapa ruas jalan retak dan tertimbun longsor.

Sedangkan dari data BPBA Aceh Tengah, dilaporkan adanya 1 orang anak meninggal dunia dan puluhan luka-luka. Korban meninggal dikarenakan ter­timbun reruntuhan rumah di Desa Bah, Belang Mancung, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah. Sedangkan untuk korban luka-luka, telah dibawa ke rumah sakit yang masih bisa beroperasi. Kemudian, sekitar 300 unit rumah dilaporkan rusak berat dan ringan, 1 ruas jalan terputus di KM 92 Take­ngon, Kecamatan Kebayakan, Kampung Muliye.

Hingga saat ini, pendataan masih terus dilakukan. BPBA bersama TNI, Polri, Tagana, PMI, relawan dan masyarakat setempat telah melakukan pena­nganan darurat.

sumber: padangekspres.co.id