JAKARTA - Badan Nasional Penangggulangan Bencana (BNPB) mencatat hingga saat ini sudah ada 24 orang yang meninggal dunia, dua orang hilang dan 249 orang luka-luka akibat gempa bumi di Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Tengah, Aceh pada kemarin siang. Demikian dikatakan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di kantornya, Jakarta, Rabu (3/7/2013).
"Dari total tersebut di Bener Meriah terdapat 14 orang meninggal, 43 orang luka-luka dan Muyan Kute, 50 orang dirawat di Puskesmas Pante Raya, 16 orang di Puskesmas Lampaha. Untuk di Aceh Tengah ada 10 orang meninggal dunia, 140 orang luka-luka," katanya.
Lalu, lebih dari 400 rumah rusak akibat gempa tersebut. Selain itu, sejumlah infrastruktur juga rusak. Meski belum terinventarisir semua, dua buah buldoser disiagakan di Takengon untuk penanganan jalan.
"Kerugian dari kerusakan belum dihitung karena fokus utama kita adalah penanganan darurat, khususnya penananganan dan pencarian korban," ujar Sutopo.
Saat ini, Sutopo menjelaskan, sudah ada 15 titik pengungusian. Lima titik di Bener Meriah dan 10 titik di Aceh Tengah. "Belum kita data seluruhnya, tapi dari salah satu titik pengungsian ada yang berisi 700 orang," ujarnya.
BNPB sendiri sudah memperdayakan sebuah helikopter Colibri TNI AU yang berada di Pekanbaru untuk dikirimkan ke Aceh. Tujuannya untuk penyelamatan dan pencarian korban. Lalu, Pesawat CN 235 untuk foto udara dan kaji cepat kerusakan dampak gempa. Selain itu, juga menyewa dua pesawat Susi Air untuk pengangkutan tim.
BNPB sendiri diinstruksikan oleh presiden untuk melaksanakan penyelamatan terhadap para korban gempa dengan berkoordinasi dengan lembaga terkait, seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian PU, TNI, Polri, PMI. Namun, dalam penangananya tetap dilakukan oleh Pemda selaku pusat koordinasinya.
"BNPB tidak mengambil alih, kita hanya lakukan pendampingan, tanggungjawab utama ada di Pemda," terangnya.
Seperti diketahui gempa bumi beberapa kali terjadi di Provinsi Aceh. Bahkan, gempa terasa 15-45 detik di wilayah Bener Meriah dan Aceh Tengah. Gempa terbesar tercatat dengan kekuatan 6,2 Skala Richter.
"Dari total tersebut di Bener Meriah terdapat 14 orang meninggal, 43 orang luka-luka dan Muyan Kute, 50 orang dirawat di Puskesmas Pante Raya, 16 orang di Puskesmas Lampaha. Untuk di Aceh Tengah ada 10 orang meninggal dunia, 140 orang luka-luka," katanya.
Lalu, lebih dari 400 rumah rusak akibat gempa tersebut. Selain itu, sejumlah infrastruktur juga rusak. Meski belum terinventarisir semua, dua buah buldoser disiagakan di Takengon untuk penanganan jalan.
"Kerugian dari kerusakan belum dihitung karena fokus utama kita adalah penanganan darurat, khususnya penananganan dan pencarian korban," ujar Sutopo.
Saat ini, Sutopo menjelaskan, sudah ada 15 titik pengungusian. Lima titik di Bener Meriah dan 10 titik di Aceh Tengah. "Belum kita data seluruhnya, tapi dari salah satu titik pengungsian ada yang berisi 700 orang," ujarnya.
BNPB sendiri sudah memperdayakan sebuah helikopter Colibri TNI AU yang berada di Pekanbaru untuk dikirimkan ke Aceh. Tujuannya untuk penyelamatan dan pencarian korban. Lalu, Pesawat CN 235 untuk foto udara dan kaji cepat kerusakan dampak gempa. Selain itu, juga menyewa dua pesawat Susi Air untuk pengangkutan tim.
BNPB sendiri diinstruksikan oleh presiden untuk melaksanakan penyelamatan terhadap para korban gempa dengan berkoordinasi dengan lembaga terkait, seperti Kementerian Kesehatan, Kementerian Sosial, Kementerian PU, TNI, Polri, PMI. Namun, dalam penangananya tetap dilakukan oleh Pemda selaku pusat koordinasinya.
"BNPB tidak mengambil alih, kita hanya lakukan pendampingan, tanggungjawab utama ada di Pemda," terangnya.
Seperti diketahui gempa bumi beberapa kali terjadi di Provinsi Aceh. Bahkan, gempa terasa 15-45 detik di wilayah Bener Meriah dan Aceh Tengah. Gempa terbesar tercatat dengan kekuatan 6,2 Skala Richter.